Jumat, 06 Maret 2015

Renungan: PEMIMPIN PILIHAN ALLAH

Nats Renungan: Yeremia 23 : 1-8

Jika kita perhatikan sejenak perjalanan bangsa Israel dari masa ke masa; mulai dari terbentuknya nama “Israel” ketika Yakub memenangi pergumulan dengan malaikat Tuhan, perjalanan ke-12 bakal suku Israel, sampai pada perjalanan Israel sebagai suatu bangsa, umat Allah ini mengalami banyak susah dan senang, sukacita dan dukacita. Berulang kali mereka terpisah satu sama yang lain, tercerai berai, disatukan,  kemudian kembali terpisah; inilah wajah perjalanan umat Allah. Mereka dipimpin banyak pemimpin secara bergantian dengan sifat dan karakternya masing-masing. Dimulai dari Saul sebagai raja Israel terpilih yang pertama, sampai beberapa pemimpin generasi berikutnya.

Allah menitipkan umat-Nya kepada pemimpin yang dipilih-Nya sendiri agar umat gembalaan-Nya tetap bersatu dan menjadi kuat dengan satu tujuan yaitu kemuliaan bagi nama-Nya. Namun di tangan pemimpin-pemimpin yang dipilih Allah, tidak jarang Israel yang telah dipersatukan, dipisahkan menjadi bagian-bagian kecil. Umat Allah ini tidak lagi bersatu, melainkan tercerai berai kemana-mana.
Nats renungan kita hari ini dimulai dengan kecaman yang cukup keras terhadap orang-orang yang dipercayakan Allah untuk memimpin umat pilihan-Nya; Israel.

Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" -- demikianlah firman TUHAN”

Ini merupakan suatu kecaman yang ditujukan Allah kepada para pemimpin Israel yang memerintah Israel tidak seturut dengan kehendak-Nya; agar Israel tetap menjadi satu bangsa yang bersatu dan menyembah Dia. Israel tercerai berai bukan hanya secara fisik dan geografis yang ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru; namun secara iman, Israelpun tercerai berai yang membuat mereka mulai mempertanyakan eksistensi dan keberadaan Allah Abraham, Ishak dan Yakub untuk kemudian berpaling dan berbakti kepada allah-allah yang lain yang disembah penduduk sekitarnya.
Statue Raja Daud; Salah satu Raja besar bangsa
Israel yang pada masa kepemimpinannya, Israel
menjadi bangsa yang sangat disegani

Bahkan dalam Alkitab tercatat banyak sekali pemimpin-pemimpin Israel yang berbalik dari Allah dan menyembah allah-allah lain; katakana saja Harun, pemimpin Israel sementara yang membuan patung anak lembu emas tuangan sebagai sembahan bangsa Israel ketika pada saat yang sama musa Musa sedang menerima sepuluh perintah Allah di Gunung Sinai; Salomo, raja Israel yang terkenal kebijaksanaannya yang kemudian berpaling dari Allah dengan mengikuti allah-allah sembahan istri-istrinya.

Hal ini menunjukkan kelemahan-kelemahan pemimpin Israel dalam hal kepemimpinan seturut kehendak Allah yang membuat Allah mengecam mereka dengan kata “Celakalah!”. Tidak sampai disitu saja, pada ayat yang ke-2 Allah bahkan mengancam mereka 
“Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat…”
Kelemahan-kelemahan pemimpin-pemimpin Israel ini dipandang Allah sebagai kesalahan yang cukup fatal, bahkan sampai disamakan dengan suatu perbuatan yang jahat yang pantas untuk mendapatkan hukuman dari Allah. Kelalaian-kelalaian mereka dalam menjalankan tugas yang dipercayakan Allah kepada mereka seolah menjadi boomerang dari sumpah penobatan mereka ketika mereka diangkat Allah menjadi penguasa atas umat-Nya.

Hukuman yang mereka terimapun bervariasi,  mulai dari hukuman pencabutan jabatan bahkan sampai Allah sendiri mencerai-beraikan umat-Nya sebagai tanda kemurkaan Allah atas pemimpin-pemimpin yang lalai menjalankan pemerintahan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Pada bacaan kita pagi ini, kita juga dapat menyaksikan ketidakpuasan Allah terhadap kinerja pemimpin umat-Nya yang kemudian menghasilkan rasa tidak percaya yang muncul dalam diri Allah; sebagai hasilnya pada ayat yang ke-3 Allah kemudian memutuskan untuk memimpin langsung bangsa-Nya dengan berfirman

“Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak…”

Selain ketidak percayaan Allah pada pemimpin-pemimpin umat Allah sebelumnya; Allah juga secara tidak langsung mau menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin-pemimpin umat-Nya terhadap bangsa Israel, yaitu: membawa bangsa Israel ke tempat di mana seharusnya mereka berada dan berdiam disana sampai bangsa ini menjadi besar dan melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, sesuai dengan hukum-hukum yang Ia tetapkan bagi mereka melalui kesepuluh firman yang diberikan-Nya kepada bangsa-Nya melalui pemimpin perdana mereka; Musa.

Kecaman Allah diteruskan lagi dengan janji pengangkatan pemimpin yang baru atas bangsa-Nya, sebagai wujud ketidakpercayaan Allah pada pemimpin-pemimpin Israel sebelumnya. Allah menjanjikan pemimpin dengan karakter dan cara memimpin yang dinilai Allah; layak untuk memimpin dan mampu memimpin sesuai dengan cara yang diinginkan Allah dan Allah yakin bahwa pemimpin yang Ia pilih akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran serta kenyamanan dan keamanan bagi Israel; dan bukan hanya itu; persatuan seluruh bangsa dan kesatuannya juga dijamin oleh Allah dibawah kepemimpinan orang yang dipilih-Nya. Jika kita tengok sejenak dan merenung sejenak; kira-kira pemimpin yang bagaimana yang Allah kehendaki dan persyaratan apa yang harus dipenuhi agar menjadi pemimpin atas bangsa Israel; bangsa pilihan Allah?

Dalam sejarah kepemimpinan atas bangsa Israel, dalam beberapa ayat alkitab yang mencatat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin atas bangsa Israel. Dari keseluruhan ayat, tercatat dari seluruh persyaratan, orang yang cakap adalah persyaratan yang pertama yang selalu diminta. Kecakapan calon pemimpin umat-Nya selalu menjadi prioritas utama dan kecakapan ini dinilai langsung oleh Allah. Kinerja mereka dinilai langsung oleh Allah sebagai hakim utama bagi mereka.

TUHAN bertindak sebagai hakim atas tua-tua dan pemimpin-pemimpin umat-Nya…” (Yesaya 3 : 14a).

Pemimpin-pemimpin Israel yang dinilai Allah tidak sanggup melaksanakan tugasnya langsung digantikan dengan atau tanpa persetujuan dari orang tersebut. Kita dapat saksikan itu melalui pengangkatan Daud sebagai pemimpin atas kaum Israel. Daud dinobatkan Allah sebagai pemimpin Israel ketika Saul masih memegang tampuk pimpinan resmi atas Israel sebagai Raja. Allah memandang Saul tidak menjalankan perintah yang diberikan kepada-Nya sehingga Allah memilih calon raja yang baru bagi umat-Nya dengan mengutus Samuel kepada Isai untuk mengurapi Daud sebagai raja Israel.

Ini merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Allah benar-benar menginginkan pemimpin yang mampu memimpin bangsa pilihan-Nya seturut dengan segala ketetapan-ketetapan-Nya. Terbukti penilaian Allah tidak meleset karna Daud sanggup membawa Israel kepada masa kejayaannya dan menjadikan Israel sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai kedaulatan di masanya. Selain kecaman dan ancaman; pada bacaan kita hari ini, Allah juga menjanjikan seorang pemimpin bagi Israel.

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri” (ayat 5)

Allah menjanjikan seorang pemimpin yang tidak tanggung-tanggung memiliki 3 (tiga) criteria pokok yang diinginkan Allah; yaitu bijaksana, mampu melakukan keadilan dan mengerjakan kebenaran. Pemimpin yang Allah janjikan diyakini sanggup membawa Israel kepada kejayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mampu memberikan kedamaian dan membawa Israel kepada jalan yang dikehendaki Allah.

Sebagai lanjutan, Allah menjanjikan pemimpin yang mampu membebaskan Yehuda, memberikan ketentraman bagi Israel dan mengumpulkan kembali umat Allah yang tercerai berai dan terserak ke seluruh penjuru bumi dan menjadikan Tanah Israel sebagai tanah kediaman dan rumah bagi mereka pada masa kepemimpinannya.
Allah menginginkan pemimpin yang brilian untuk menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Untuk itu Allah menyeleksi pemimpin sesuai dengan criteria yang Ia nilai sanggup memberikan jaminan bahwa tugas yang diberikan kepada pemimpin pilihan-Nya sanggup diselesaikannya dengan baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Kepercayaan yang diberikan Allah kepada pemimpin umat-Nya yang dipilih sendiri oleh-Nya sangatlah besar dan sangat disayangkan jika disia-siakan oleh orang yang terpilih.

Allah memberikan kepada kita hidup untuk kita jalani dengan aturan-aturan yang sudah Allah tetapkan melalui hukum-hukum-Nya dalam firman-Nya. Hendaklah kita menjalankan tugas kita untuk memuliakan nama-Nya ditengah-tengah saudara-saudari, keluarga dan sesama kita sesuai dengan apa yang Allah inginkan dan seturut dengan firman-Nya. Kitapun harus mematuhi segala ketentuan yang diberikan Allah sebagai pemimpin kita sebagai bagian dari ketaatan kita kepada firman-Nya.

Dalam menjalankan tugas yang diberikan Allah, tentu sekali akan ada banyak tantangan yang sanggup membawa kita keluar dari ketetapan Allah. Namun tantangan-tantangan tersebut hendaknya jangan sampai membawa kita menjauh dari hadapan Allah yang akan menghasilkan matinya rohani kita, tetapi hendaklah segala tantangan yang menghadang, kita jadikan sebagai motivasi agar kita belajar untuk menjadi peka terhadap suara Tuhan yang selalu berbicara kepada kita melalui firman-Nya; dan biarlah seluruh kehidupan kita dan keluarga kita masing-masing dapat memancarkan kasih bagi orang lain dan menjadi acuan yang dapat dipakai oleh sesama untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Semoga Allah sang Pemimpin kita selalu menuntun dan menyertai kita dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan kita di minggu yang baru ini agar segala sesuatu yang ada dalam perencanaan kita dapat terlaksana dengan lancar dan boleh menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.

Reference: Renungan Gereja Ebenhaezer - Boas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar