Nats Renungan: Yeremia
23 : 1-8
Jika
kita perhatikan sejenak perjalanan bangsa Israel dari masa ke masa; mulai dari terbentuknya
nama “Israel” ketika Yakub memenangi pergumulan dengan malaikat Tuhan,
perjalanan ke-12 bakal suku Israel, sampai pada perjalanan Israel sebagai suatu
bangsa, umat Allah ini mengalami banyak susah dan senang, sukacita dan dukacita.
Berulang kali mereka terpisah satu sama yang lain, tercerai berai, disatukan, kemudian kembali terpisah; inilah wajah
perjalanan umat Allah. Mereka dipimpin banyak pemimpin secara bergantian dengan
sifat dan karakternya masing-masing. Dimulai dari Saul sebagai raja Israel
terpilih yang pertama, sampai beberapa pemimpin generasi berikutnya.
Allah menitipkan umat-Nya kepada pemimpin yang dipilih-Nya
sendiri agar umat gembalaan-Nya tetap bersatu dan menjadi kuat dengan satu
tujuan yaitu kemuliaan bagi nama-Nya. Namun di tangan pemimpin-pemimpin yang
dipilih Allah, tidak jarang Israel yang telah dipersatukan, dipisahkan menjadi
bagian-bagian kecil. Umat Allah ini tidak lagi bersatu, melainkan tercerai
berai kemana-mana.
Nats
renungan kita hari ini dimulai dengan kecaman yang cukup keras terhadap
orang-orang yang dipercayakan Allah untuk memimpin umat pilihan-Nya; Israel.
“Celakalah para gembala yang membiarkan kambing
domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" -- demikianlah firman TUHAN”
Ini merupakan suatu kecaman
yang ditujukan Allah kepada para pemimpin Israel yang memerintah Israel tidak
seturut dengan kehendak-Nya; agar Israel tetap menjadi satu bangsa yang bersatu
dan menyembah Dia. Israel tercerai berai bukan hanya secara fisik dan geografis
yang ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru; namun secara iman,
Israelpun tercerai berai yang membuat mereka mulai mempertanyakan eksistensi dan
keberadaan Allah Abraham, Ishak dan Yakub untuk kemudian berpaling dan berbakti
kepada allah-allah yang lain yang disembah penduduk sekitarnya.
Statue Raja Daud; Salah satu Raja besar bangsa
Israel yang pada masa kepemimpinannya, Israel
menjadi bangsa yang sangat disegani
|
Bahkan dalam Alkitab tercatat
banyak sekali pemimpin-pemimpin Israel yang berbalik dari Allah dan menyembah
allah-allah lain; katakana saja Harun, pemimpin Israel sementara yang membuan
patung anak lembu emas tuangan sebagai sembahan bangsa Israel ketika pada saat
yang sama musa Musa sedang menerima sepuluh perintah Allah di Gunung Sinai; Salomo,
raja Israel yang terkenal kebijaksanaannya yang kemudian berpaling dari Allah
dengan mengikuti allah-allah sembahan istri-istrinya.
Hal ini
menunjukkan kelemahan-kelemahan pemimpin Israel dalam hal kepemimpinan seturut
kehendak Allah yang membuat Allah mengecam mereka dengan kata “Celakalah!”. Tidak
sampai disitu saja, pada ayat yang ke-2 Allah bahkan mengancam mereka
“Kamu
telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak
menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu
perbuatan-perbuatanmu yang jahat…”
Kelemahan-kelemahan
pemimpin-pemimpin Israel ini dipandang Allah sebagai kesalahan yang cukup
fatal, bahkan sampai disamakan dengan suatu perbuatan yang jahat yang pantas
untuk mendapatkan hukuman dari Allah. Kelalaian-kelalaian mereka dalam
menjalankan tugas yang dipercayakan Allah kepada mereka seolah menjadi boomerang
dari sumpah penobatan mereka ketika mereka diangkat Allah menjadi penguasa atas
umat-Nya.
Hukuman yang mereka
terimapun bervariasi, mulai dari hukuman
pencabutan jabatan bahkan sampai Allah sendiri mencerai-beraikan umat-Nya
sebagai tanda kemurkaan Allah atas pemimpin-pemimpin yang lalai menjalankan
pemerintahan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Pada bacaan kita pagi ini,
kita juga dapat menyaksikan ketidakpuasan Allah terhadap kinerja pemimpin
umat-Nya yang kemudian menghasilkan rasa tidak percaya yang muncul dalam diri
Allah; sebagai hasilnya pada ayat yang ke-3 Allah kemudian memutuskan untuk memimpin
langsung bangsa-Nya dengan berfirman
“Aku sendiri akan
mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku
mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka:
mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak…”
Selain ketidak percayaan
Allah pada pemimpin-pemimpin umat Allah sebelumnya; Allah juga secara tidak
langsung mau menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin-pemimpin
umat-Nya terhadap bangsa Israel, yaitu: membawa bangsa Israel ke tempat di mana
seharusnya mereka berada dan berdiam disana sampai bangsa ini menjadi besar dan
melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, sesuai dengan hukum-hukum
yang Ia tetapkan bagi mereka melalui kesepuluh firman yang diberikan-Nya kepada
bangsa-Nya melalui pemimpin perdana mereka; Musa.
Kecaman
Allah diteruskan lagi dengan janji pengangkatan pemimpin yang baru atas
bangsa-Nya, sebagai wujud ketidakpercayaan Allah pada pemimpin-pemimpin Israel
sebelumnya. Allah menjanjikan pemimpin dengan karakter dan cara memimpin yang
dinilai Allah; layak untuk memimpin dan mampu memimpin sesuai dengan cara yang
diinginkan Allah dan Allah yakin bahwa pemimpin yang Ia pilih akan memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran serta kenyamanan dan keamanan bagi Israel; dan
bukan hanya itu; persatuan seluruh bangsa dan kesatuannya juga dijamin oleh
Allah dibawah kepemimpinan orang yang dipilih-Nya. Jika
kita tengok sejenak dan merenung sejenak; kira-kira pemimpin yang bagaimana
yang Allah kehendaki dan persyaratan apa yang harus dipenuhi agar menjadi
pemimpin atas bangsa Israel; bangsa pilihan Allah?
Dalam
sejarah kepemimpinan atas bangsa Israel, dalam beberapa ayat alkitab yang mencatat
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin atas bangsa Israel.
Dari keseluruhan ayat, tercatat dari seluruh persyaratan, orang yang cakap
adalah persyaratan yang pertama yang selalu diminta. Kecakapan calon pemimpin
umat-Nya selalu menjadi prioritas utama dan kecakapan ini dinilai langsung oleh
Allah. Kinerja mereka dinilai langsung oleh Allah sebagai hakim utama bagi
mereka.
“TUHAN bertindak sebagai hakim atas tua-tua dan
pemimpin-pemimpin umat-Nya…” (Yesaya 3 : 14a).
Pemimpin-pemimpin
Israel yang dinilai Allah tidak sanggup melaksanakan tugasnya langsung
digantikan dengan atau tanpa persetujuan dari orang tersebut. Kita dapat
saksikan itu melalui pengangkatan Daud sebagai pemimpin atas kaum Israel. Daud
dinobatkan Allah sebagai pemimpin Israel ketika Saul masih memegang tampuk
pimpinan resmi atas Israel sebagai Raja. Allah memandang Saul tidak menjalankan
perintah yang diberikan kepada-Nya sehingga Allah memilih calon raja yang baru
bagi umat-Nya dengan mengutus Samuel kepada Isai untuk mengurapi Daud sebagai
raja Israel.
Ini
merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Allah benar-benar menginginkan
pemimpin yang mampu memimpin bangsa pilihan-Nya seturut dengan segala
ketetapan-ketetapan-Nya. Terbukti penilaian Allah tidak meleset karna Daud
sanggup membawa Israel kepada masa kejayaannya dan menjadikan Israel sebagai
sebuah kerajaan yang mempunyai kedaulatan di masanya. Selain
kecaman dan ancaman; pada bacaan kita hari ini, Allah juga menjanjikan seorang
pemimpin bagi Israel.
“Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah
firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan
memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan
kebenaran di negeri” (ayat 5)
Allah menjanjikan seorang pemimpin
yang tidak tanggung-tanggung memiliki 3 (tiga) criteria pokok yang diinginkan
Allah; yaitu bijaksana, mampu melakukan keadilan dan mengerjakan kebenaran. Pemimpin
yang Allah janjikan diyakini sanggup membawa Israel kepada kejayaan yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan mampu memberikan kedamaian dan membawa Israel
kepada jalan yang dikehendaki Allah.
Sebagai
lanjutan, Allah menjanjikan pemimpin yang mampu membebaskan Yehuda, memberikan
ketentraman bagi Israel dan mengumpulkan kembali umat Allah yang tercerai berai
dan terserak ke seluruh penjuru bumi dan menjadikan Tanah Israel sebagai tanah
kediaman dan rumah bagi mereka pada masa kepemimpinannya.
Allah menginginkan pemimpin
yang brilian untuk menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Untuk itu
Allah menyeleksi pemimpin sesuai dengan criteria yang Ia nilai sanggup
memberikan jaminan bahwa tugas yang diberikan kepada pemimpin pilihan-Nya
sanggup diselesaikannya dengan baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Kepercayaan yang diberikan Allah kepada pemimpin umat-Nya yang dipilih sendiri
oleh-Nya sangatlah besar dan sangat disayangkan jika disia-siakan oleh orang
yang terpilih.
Allah memberikan kepada
kita hidup untuk kita jalani dengan aturan-aturan yang sudah Allah tetapkan
melalui hukum-hukum-Nya dalam firman-Nya. Hendaklah kita menjalankan tugas kita
untuk memuliakan nama-Nya ditengah-tengah saudara-saudari, keluarga dan sesama
kita sesuai dengan apa yang Allah inginkan dan seturut dengan firman-Nya.
Kitapun harus mematuhi segala ketentuan yang diberikan Allah sebagai pemimpin
kita sebagai bagian dari ketaatan kita kepada firman-Nya.
Dalam menjalankan tugas
yang diberikan Allah, tentu sekali akan ada banyak tantangan yang sanggup
membawa kita keluar dari ketetapan Allah. Namun tantangan-tantangan tersebut
hendaknya jangan sampai membawa kita menjauh dari hadapan Allah yang akan
menghasilkan matinya rohani kita, tetapi hendaklah segala tantangan yang
menghadang, kita jadikan sebagai motivasi agar kita belajar untuk menjadi peka
terhadap suara Tuhan yang selalu berbicara kepada kita melalui firman-Nya; dan biarlah
seluruh kehidupan kita dan keluarga kita masing-masing dapat memancarkan kasih
bagi orang lain dan menjadi acuan yang dapat dipakai oleh sesama untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga Allah sang Pemimpin
kita selalu menuntun dan menyertai kita dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
kita di minggu yang baru ini agar segala sesuatu yang ada dalam perencanaan
kita dapat terlaksana dengan lancar dan boleh menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.
Reference: Renungan Gereja Ebenhaezer - Boas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar