Nats
Renungan: Kolose 1 : 15-23
Mengawali renungan pagi hari ini saya
buka dengan dua pertanyaan kecil. Pertanyaan yang pertama: pernahkah saudara/i
disanjung-sanjung sebagai seorang yang sangat dihormati? Seorang yang padanya
diberikan segala sesuatu yang menjadi impian banyak orang, atau segala sesuatu
yang daripadanya menghasilkan banyak sekali penghargaan bagi dirinya sendiri.
Jawabannya mungkin bervariasi. Ada yang mungkin sering, ada yang mungkin
sesekali, ada yang mungkin jarang dan bahkan ada yang mungkin tidak pernah sama
sekali.
Yesus disambut di Yerusalem beberapa saat sebelum Dia diadili dan pada
akhirnya dihukum mati
|
Sanjungan dan pujian tentu sekali sangat membanggakan jika diberikan
kepada yang pantas menerimanya. Ketika kita disanjung atau dipuji sebagai
seseorang yang hebat, perkasa, memiliki atau menhasilkan segala sesuatu yang
diinginkan bahkan mungkin menjadi impian banyak orang; tentu sekali kita akan
merasa “di atas angin”.
Lantas, hal inilah yang
memunculkan pertanyaan kedua: bagaimana reaksi kita ketika menerima pujian dan
sanjungan dari orang/sesama kita?
Reaksi setiap orang dalam menerima
pujian dan sanjungan dari sesama sangatlah bervariasi; ada yang mungkin merasa
“tinggi” sekali, ada sebagian yang mungkin merasa biasa-biasa saja, dan bahkan
ada yang tidak menganggap pujian itu sebagai hal yang pantas ia dapatkan.
Alkitab mencatat dalam renungan kita
pada pagi hari ini, ada Sembilan ayat dalam bacaan kita tadi yang merupakan
pujian tertinggi atas kebesaran Yesus yang disebut-sebut sebagai Anak Sulung
Allah; yang terutama dari segala sesuatu. Pada zaman perjanjian lama, bahkan
sampai saat ini; anak sulung di kalangan bangsa Israel adalah anak yang
memiliki segala sesuatu yang dimiliki oleh ayahnya. Anak sulung merupakan calon
penerus warisan dari keluarganya. Oleh karena itu anak sulung merupakan status
yang paling membanggakan karena ia berhak memperoleh warisan dari keluarganya,
baik secara materi maupun berkat. Suatu hak yang tidak bias diganggu-gugat oleh
siapapun dan hanya yang berstatus anak sulunglah yang berhak menerima kekayaan
warisan keluarganya
Ishak memberkati Yakub dengan berkat anak
sulung yang kemudian menjadi awal permusuhan
Esau dan Yakub
|
Alkitab mencatat keistimewaan anak
sulung ketika Ishak sudah tua dan ingin memberikan berkat bagi Esau, sebagai
anak sulungnya. Begitu pentingnya berkat dari sang bapak sehingga sang ibu
mengakali Ishak sendiri sehingga berkat yang tadinya seharusnya diberikan
kepada Esau, pada akhirnya jatuh ke tangan Yakub.
Pada nats renungan kita
pagi hari ini, rasul Paulus memberikan kesaksian tentang kedudukan Yesus
sebagai Anak Allah yang maha tinggi. Kesaksiannya diawali dengan ia memaparkan
kedudukan Yesus Kristus sebagai gambar Allah dan yang terutama dari segala
sesuatu yang diciptakan.
“Ia adalah gambar Allah
yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”
Ayat ini menegaskan kepada kita semua
akan posisi Tuhan yang kita sembah sebagai Anak Allah yang maha tinggi yang
kedudukannya tidak dapat dijangkau oleh manusia manapun karna Ia merupakan Anak
Sulung Allah, yang terutama. Hal ini berarti Ia berhak atas segala sesuatu yang
ada di baik di surga, maupun di bumi. Ia berhak atas segala sesuatu yang
diciptakan Allah di bumi dan Ia berhak atas segala sesuatu yang ada di surga.
Posisinya sebagai Anak Sulung Allah menempatkan-Nya pada suatu posisi sentral
yang sampai saat ini kita imani sebagai Anak Allah, Tuhan kita Yesus Kristus.
Ayat yang pertama ini merupakan kesaksian inti dari segala pujian tertinggi
yang dicatat oleh Rasul Paulus yang ditujukan kepada pemilik pujian itu, Yesus
Kristus.
Kesaksian rasul Paulus berlanjut
dengan pujiannya pada ayat yang kedua dari renungan kita pagi ini:
“Karena
di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada
di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia
dan untuk Dia”
Ayat ini menegaskan kembali posisi
Yesus Kristus sebagai penguasa segala sesuatu yang ada di sorga dan di bumi. Ia
berkuasa atas segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Ia berkuasa
atas segala singgasana, kerajaan, pemerintah, penguasa. Begitu tingginya posisi
yang diberikan Allah kepada-Nya sehingga Ia berhak memiliki segala sesuatu yang
diciptakan Allah. Pada ayat ini secara terbuka rasul Paulus menyatakan bahwa
semua pemerintah dan penguasa yang ada dimuka bumi ini harus tunduk pada
penguasa yang sesungguhnya, yaitu Dia yang menciptakan dan memiliki semuanya.
“Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu
dan segala sesuatu ada di dalam dia”
Ayat yang ketiga dalam bacaan kita
pagi hari ini menegaskan kembali bahwa Anak sulung Allah adalah Yang Terdahulu;
kedudukan yang sangat tinggi dibanding dengan apa yang ada di sorga dan di
bumi, apa yang diciptakan oleh Allah sejak penciptaan. Rasul Paulus menegaskan
bahwa segala yang terjadi di sorga maupun di bumi semuanya ada dibawah
kendali-Nya karena semuanya ada dalam Dia karena Dia ada terlebih dahulu
sebelum segala sesuatu terjadi. Hal ini menyatakan kepada kita sebagai umat-Nya
bahwa Ia ada sebelum dunia ini dijadikan dan segala sesuatu yang terjadi dalam
dunia ini, termasuk segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, semuanya
berada dalam genggaman tangan-Nya dan setiap pergerakan kita selalu diawasi-Nya
dengan ketat.
Pada ayat yang keempat, Rasul Paulus
menegaskan posisi Yesus Kristus dalam jemaat.
“Ialah
kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara
orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu”
Ia adalah kepala dari jemaat yang
sudah dibentuknya melalui karya penebusannya dan Ia sendirilah yang menjadi
pemimpin tertinggi jemaat. Sebagai lanjutannya, Rasul Paulus juga menegaskan
kekuasaan Yesus Kristus sebagai penguasa maut, karena Ia adalah yang pertama
bangkit dari antara orang mati. Ia mengalahkan maut dan menjadi yang terutama
dalam segala sesuatu, baik di bumi, di sorga maupun di alam maut.
Kemenangan Yesus atas
maut dalam karya penebusan-Nya merupakan alas an kita dibenarkan oleh Allah.
Hal inilah yang menjadikan Yesus Kristus sebagai satu-satunya andalan kita
sebagai umat yang dipilih-Nya untuk setia berbakti kepada-Nya. Segala sesuatu
yang Dia berikan kepada kita dalam bentuk berkat dan anugerah-Nya tentu sekali
telah diperhitungkan-Nya sebagai buah pelayanan dan buah bakti kita pada-Nya.
Oleh sebab itu, pada Ayat yang kelima, Rasul Paulus menulis:
“Karena seluruh
kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia”
Kita diberkati oleh Allah melalui
Tuhan kita Yesus Kristus dan Ialah yang memperkenankan kita untuk menerima
segala sesuatu yang dianggap-Nya perlu bagi kita. Kepenuhan Allah ada pada-Nya oleh karena itu
kita juga dapat dipenuhkan oleh Dia yang memiliki kepenuhan dari Allah. Ia
diperkenankan oleh Allah untuk menerima kepenuhan dari Allah maka kitapun dapat
diperkenankan untuk menerima kepenuhan dalam nama-Nya.
Pada ayat renungan kita yang
berikutnya, Rasul Paulus mengingatkan kembali kondisi hubungan kita dengan
Allah setelah misi penyelamatan di mana Allah memberikan Putra Tunggal-Nya
untuk menjadi penebus dosa dan kesalahan umat-Nya. Hubungan dengan Allah yang
putus sejak peristiwa di taman Eden kemudian diperbaharui dengan penebusan di
atas bukit Golgota. Ayat ini menyatakan hubungan antara kita dengan Allah hanya
bias dilakukan melalui diri Yesus Kristus karena kita telah diperdamaikan
dengan Allah melalui diri-Nya.
“dan
oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di
bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah
salib Kristus”
Pernyataan jaminan bagi manusia
disampaikan juga oleh Rasul Paulus pada dua ayat berikutnya yang mengatakan:
“Juga
kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan
pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang
diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya”
Ini merupakan jaminan bagi kita untuk
dapat hidup dalam kekudusan sesuai dengan tujuan penyelamatan dan penebusan
yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Kita yang dahulunya jauh dari Allah, supaya
lebih mendekatkan diri lagi kepada-Nya, kita yang dahulu melakukan sesuatu
tanpa pandang resikonya pada keselamatan rohani kita, supaya lebih
memperhatikan dan mempertimbangkan segala kelakuan kita agar seluruh perbuatan
kita dapat menjamin kita untuk tetap berada pada jalur yang ditetapkan Allah
bagi kita; kita yang dahulunya hidup sesuai dengan kemauan dan keinginan kita
agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah melalui firman-firman-Nya
dengan demikian status yang diberitakan pada ayat ini tidak hilang dari pada
kita; yaitu: kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Pada ayat yang terakhir, Rasul Paulus
memberikan nasihat kepada saudara-saudarinya di Kolose untuk sealu berpegang
teguh pada firman Allah dan selalu hidup dalam kebenaran yang telah disampaikan
kepada mereka melalui suratnya dalam ayat yang menyatakan:
“Sebab
itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan
jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang
telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus,
telah menjadi pelayannya”
Kita sebagai umat penerus firman
Allah, hendaklah kita juga selalu bertekun dalam iman, tidak membiarkan diri
kita digoncang oleh segala masalah yang dapat menyebabkan kita menjauh dari
persekutuan kita dengan Allah. Juga janganlah kepercayaan dan pengharapan kita
luntur karena pencobaan dalam hidup kita sehari-hari; melainkan selalu berpegang
teguh pada firman dan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita, agar kita juga
dapat memberitakan keselamatan kepada kita sekalian.
Reference: Renungan Gereja Ebenhaezer - Boas