Kamis, 26 Maret 2015

Renungan: ANAK SULUNG ALLAH

  
Nats Renungan: Kolose 1 : 15-23

Mengawali renungan pagi hari ini saya buka dengan dua pertanyaan kecil. Pertanyaan yang pertama: pernahkah saudara/i disanjung-sanjung sebagai seorang yang sangat dihormati? Seorang yang padanya diberikan segala sesuatu yang menjadi impian banyak orang, atau segala sesuatu yang daripadanya menghasilkan banyak sekali penghargaan bagi dirinya sendiri. Jawabannya mungkin bervariasi. Ada yang mungkin sering, ada yang mungkin sesekali, ada yang mungkin jarang dan bahkan ada yang mungkin tidak pernah sama sekali.
Yesus disambut di Yerusalem beberapa saat sebelum Dia diadili dan pada
akhirnya dihukum mati


Sanjungan dan pujian tentu sekali sangat membanggakan jika diberikan kepada yang pantas menerimanya. Ketika kita disanjung atau dipuji sebagai seseorang yang hebat, perkasa, memiliki atau menhasilkan segala sesuatu yang diinginkan bahkan mungkin menjadi impian banyak orang; tentu sekali kita akan merasa “di atas angin”.

Lantas, hal inilah yang memunculkan pertanyaan kedua: bagaimana reaksi kita ketika menerima pujian dan sanjungan dari orang/sesama kita?

Reaksi setiap orang dalam menerima pujian dan sanjungan dari sesama sangatlah bervariasi; ada yang mungkin merasa “tinggi” sekali, ada sebagian yang mungkin merasa biasa-biasa saja, dan bahkan ada yang tidak menganggap pujian itu sebagai hal yang pantas ia dapatkan.

Alkitab mencatat dalam renungan kita pada pagi hari ini, ada Sembilan ayat dalam bacaan kita tadi yang merupakan pujian tertinggi atas kebesaran Yesus yang disebut-sebut sebagai Anak Sulung Allah; yang terutama dari segala sesuatu. Pada zaman perjanjian lama, bahkan sampai saat ini; anak sulung di kalangan bangsa Israel adalah anak yang memiliki segala sesuatu yang dimiliki oleh ayahnya. Anak sulung merupakan calon penerus warisan dari keluarganya. Oleh karena itu anak sulung merupakan status yang paling membanggakan karena ia berhak memperoleh warisan dari keluarganya, baik secara materi maupun berkat. Suatu hak yang tidak bias diganggu-gugat oleh siapapun dan hanya yang berstatus anak sulunglah yang berhak menerima kekayaan warisan keluarganya

Ishak memberkati Yakub dengan berkat anak
sulung yang kemudian menjadi awal permusuhan 
Esau dan Yakub
Alkitab mencatat keistimewaan anak sulung ketika Ishak sudah tua dan ingin memberikan berkat bagi Esau, sebagai anak sulungnya. Begitu pentingnya berkat dari sang bapak sehingga sang ibu mengakali Ishak sendiri sehingga berkat yang tadinya seharusnya diberikan kepada Esau, pada akhirnya jatuh ke tangan Yakub.

Pada nats renungan kita pagi hari ini, rasul Paulus memberikan kesaksian tentang kedudukan Yesus sebagai Anak Allah yang maha tinggi. Kesaksiannya diawali dengan ia memaparkan kedudukan Yesus Kristus sebagai gambar Allah dan yang terutama dari segala sesuatu yang diciptakan.
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”
Ayat ini menegaskan kepada kita semua akan posisi Tuhan yang kita sembah sebagai Anak Allah yang maha tinggi yang kedudukannya tidak dapat dijangkau oleh manusia manapun karna Ia merupakan Anak Sulung Allah, yang terutama. Hal ini berarti Ia berhak atas segala sesuatu yang ada di baik di surga, maupun di bumi. Ia berhak atas segala sesuatu yang diciptakan Allah di bumi dan Ia berhak atas segala sesuatu yang ada di surga. Posisinya sebagai Anak Sulung Allah menempatkan-Nya pada suatu posisi sentral yang sampai saat ini kita imani sebagai Anak Allah, Tuhan kita Yesus Kristus. Ayat yang pertama ini merupakan kesaksian inti dari segala pujian tertinggi yang dicatat oleh Rasul Paulus yang ditujukan kepada pemilik pujian itu, Yesus Kristus.

Kesaksian rasul Paulus berlanjut dengan pujiannya pada ayat yang kedua dari renungan kita pagi ini:
“Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”
Ayat ini menegaskan kembali posisi Yesus Kristus sebagai penguasa segala sesuatu yang ada di sorga dan di bumi. Ia berkuasa atas segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Ia berkuasa atas segala singgasana, kerajaan, pemerintah, penguasa. Begitu tingginya posisi yang diberikan Allah kepada-Nya sehingga Ia berhak memiliki segala sesuatu yang diciptakan Allah. Pada ayat ini secara terbuka rasul Paulus menyatakan bahwa semua pemerintah dan penguasa yang ada dimuka bumi ini harus tunduk pada penguasa yang sesungguhnya, yaitu Dia yang menciptakan dan memiliki semuanya.
 “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam dia”
Ayat yang ketiga dalam bacaan kita pagi hari ini menegaskan kembali bahwa Anak sulung Allah adalah Yang Terdahulu; kedudukan yang sangat tinggi dibanding dengan apa yang ada di sorga dan di bumi, apa yang diciptakan oleh Allah sejak penciptaan. Rasul Paulus menegaskan bahwa segala yang terjadi di sorga maupun di bumi semuanya ada dibawah kendali-Nya karena semuanya ada dalam Dia karena Dia ada terlebih dahulu sebelum segala sesuatu terjadi. Hal ini menyatakan kepada kita sebagai umat-Nya bahwa Ia ada sebelum dunia ini dijadikan dan segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini, termasuk segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, semuanya berada dalam genggaman tangan-Nya dan setiap pergerakan kita selalu diawasi-Nya dengan ketat.

Pada ayat yang keempat, Rasul Paulus menegaskan posisi Yesus Kristus dalam jemaat.
“Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu”
Ia adalah kepala dari jemaat yang sudah dibentuknya melalui karya penebusannya dan Ia sendirilah yang menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Sebagai lanjutannya, Rasul Paulus juga menegaskan kekuasaan Yesus Kristus sebagai penguasa maut, karena Ia adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati. Ia mengalahkan maut dan menjadi yang terutama dalam segala sesuatu, baik di bumi, di sorga maupun di alam maut.

Kemenangan Yesus atas maut dalam karya penebusan-Nya merupakan alas an kita dibenarkan oleh Allah. Hal inilah yang menjadikan Yesus Kristus sebagai satu-satunya andalan kita sebagai umat yang dipilih-Nya untuk setia berbakti kepada-Nya. Segala sesuatu yang Dia berikan kepada kita dalam bentuk berkat dan anugerah-Nya tentu sekali telah diperhitungkan-Nya sebagai buah pelayanan dan buah bakti kita pada-Nya. Oleh sebab itu, pada Ayat yang kelima, Rasul Paulus menulis:
“Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia”
Kita diberkati oleh Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus dan Ialah yang memperkenankan kita untuk menerima segala sesuatu yang dianggap-Nya perlu bagi kita.  Kepenuhan Allah ada pada-Nya oleh karena itu kita juga dapat dipenuhkan oleh Dia yang memiliki kepenuhan dari Allah. Ia diperkenankan oleh Allah untuk menerima kepenuhan dari Allah maka kitapun dapat diperkenankan untuk menerima kepenuhan dalam nama-Nya.

Pada ayat renungan kita yang berikutnya, Rasul Paulus mengingatkan kembali kondisi hubungan kita dengan Allah setelah misi penyelamatan di mana Allah memberikan Putra Tunggal-Nya untuk menjadi penebus dosa dan kesalahan umat-Nya. Hubungan dengan Allah yang putus sejak peristiwa di taman Eden kemudian diperbaharui dengan penebusan di atas bukit Golgota. Ayat ini menyatakan hubungan antara kita dengan Allah hanya bias dilakukan melalui diri Yesus Kristus karena kita telah diperdamaikan dengan Allah melalui diri-Nya.
“dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”
Pernyataan jaminan bagi manusia disampaikan juga oleh Rasul Paulus pada dua ayat berikutnya yang mengatakan:
“Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya”
Ini merupakan jaminan bagi kita untuk dapat hidup dalam kekudusan sesuai dengan tujuan penyelamatan dan penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Kita yang dahulunya jauh dari Allah, supaya lebih mendekatkan diri lagi kepada-Nya, kita yang dahulu melakukan sesuatu tanpa pandang resikonya pada keselamatan rohani kita, supaya lebih memperhatikan dan mempertimbangkan segala kelakuan kita agar seluruh perbuatan kita dapat menjamin kita untuk tetap berada pada jalur yang ditetapkan Allah bagi kita; kita yang dahulunya hidup sesuai dengan kemauan dan keinginan kita agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah melalui firman-firman-Nya dengan demikian status yang diberitakan pada ayat ini tidak hilang dari pada kita; yaitu: kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Pada ayat yang terakhir, Rasul Paulus memberikan nasihat kepada saudara-saudarinya di Kolose untuk sealu berpegang teguh pada firman Allah dan selalu hidup dalam kebenaran yang telah disampaikan kepada mereka melalui suratnya dalam ayat yang menyatakan:
“Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya”
Kita sebagai umat penerus firman Allah, hendaklah kita juga selalu bertekun dalam iman, tidak membiarkan diri kita digoncang oleh segala masalah yang dapat menyebabkan kita menjauh dari persekutuan kita dengan Allah. Juga janganlah kepercayaan dan pengharapan kita luntur karena pencobaan dalam hidup kita sehari-hari; melainkan selalu berpegang teguh pada firman dan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita, agar kita juga dapat memberitakan keselamatan kepada kita sekalian.
Reference: Renungan Gereja Ebenhaezer - Boas

Jumat, 06 Maret 2015

Renungan: PEMIMPIN PILIHAN ALLAH

Nats Renungan: Yeremia 23 : 1-8

Jika kita perhatikan sejenak perjalanan bangsa Israel dari masa ke masa; mulai dari terbentuknya nama “Israel” ketika Yakub memenangi pergumulan dengan malaikat Tuhan, perjalanan ke-12 bakal suku Israel, sampai pada perjalanan Israel sebagai suatu bangsa, umat Allah ini mengalami banyak susah dan senang, sukacita dan dukacita. Berulang kali mereka terpisah satu sama yang lain, tercerai berai, disatukan,  kemudian kembali terpisah; inilah wajah perjalanan umat Allah. Mereka dipimpin banyak pemimpin secara bergantian dengan sifat dan karakternya masing-masing. Dimulai dari Saul sebagai raja Israel terpilih yang pertama, sampai beberapa pemimpin generasi berikutnya.

Allah menitipkan umat-Nya kepada pemimpin yang dipilih-Nya sendiri agar umat gembalaan-Nya tetap bersatu dan menjadi kuat dengan satu tujuan yaitu kemuliaan bagi nama-Nya. Namun di tangan pemimpin-pemimpin yang dipilih Allah, tidak jarang Israel yang telah dipersatukan, dipisahkan menjadi bagian-bagian kecil. Umat Allah ini tidak lagi bersatu, melainkan tercerai berai kemana-mana.
Nats renungan kita hari ini dimulai dengan kecaman yang cukup keras terhadap orang-orang yang dipercayakan Allah untuk memimpin umat pilihan-Nya; Israel.

Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" -- demikianlah firman TUHAN”

Ini merupakan suatu kecaman yang ditujukan Allah kepada para pemimpin Israel yang memerintah Israel tidak seturut dengan kehendak-Nya; agar Israel tetap menjadi satu bangsa yang bersatu dan menyembah Dia. Israel tercerai berai bukan hanya secara fisik dan geografis yang ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru; namun secara iman, Israelpun tercerai berai yang membuat mereka mulai mempertanyakan eksistensi dan keberadaan Allah Abraham, Ishak dan Yakub untuk kemudian berpaling dan berbakti kepada allah-allah yang lain yang disembah penduduk sekitarnya.
Statue Raja Daud; Salah satu Raja besar bangsa
Israel yang pada masa kepemimpinannya, Israel
menjadi bangsa yang sangat disegani

Bahkan dalam Alkitab tercatat banyak sekali pemimpin-pemimpin Israel yang berbalik dari Allah dan menyembah allah-allah lain; katakana saja Harun, pemimpin Israel sementara yang membuan patung anak lembu emas tuangan sebagai sembahan bangsa Israel ketika pada saat yang sama musa Musa sedang menerima sepuluh perintah Allah di Gunung Sinai; Salomo, raja Israel yang terkenal kebijaksanaannya yang kemudian berpaling dari Allah dengan mengikuti allah-allah sembahan istri-istrinya.

Hal ini menunjukkan kelemahan-kelemahan pemimpin Israel dalam hal kepemimpinan seturut kehendak Allah yang membuat Allah mengecam mereka dengan kata “Celakalah!”. Tidak sampai disitu saja, pada ayat yang ke-2 Allah bahkan mengancam mereka 
“Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat…”
Kelemahan-kelemahan pemimpin-pemimpin Israel ini dipandang Allah sebagai kesalahan yang cukup fatal, bahkan sampai disamakan dengan suatu perbuatan yang jahat yang pantas untuk mendapatkan hukuman dari Allah. Kelalaian-kelalaian mereka dalam menjalankan tugas yang dipercayakan Allah kepada mereka seolah menjadi boomerang dari sumpah penobatan mereka ketika mereka diangkat Allah menjadi penguasa atas umat-Nya.

Hukuman yang mereka terimapun bervariasi,  mulai dari hukuman pencabutan jabatan bahkan sampai Allah sendiri mencerai-beraikan umat-Nya sebagai tanda kemurkaan Allah atas pemimpin-pemimpin yang lalai menjalankan pemerintahan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Pada bacaan kita pagi ini, kita juga dapat menyaksikan ketidakpuasan Allah terhadap kinerja pemimpin umat-Nya yang kemudian menghasilkan rasa tidak percaya yang muncul dalam diri Allah; sebagai hasilnya pada ayat yang ke-3 Allah kemudian memutuskan untuk memimpin langsung bangsa-Nya dengan berfirman

“Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak…”

Selain ketidak percayaan Allah pada pemimpin-pemimpin umat Allah sebelumnya; Allah juga secara tidak langsung mau menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin-pemimpin umat-Nya terhadap bangsa Israel, yaitu: membawa bangsa Israel ke tempat di mana seharusnya mereka berada dan berdiam disana sampai bangsa ini menjadi besar dan melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, sesuai dengan hukum-hukum yang Ia tetapkan bagi mereka melalui kesepuluh firman yang diberikan-Nya kepada bangsa-Nya melalui pemimpin perdana mereka; Musa.

Kecaman Allah diteruskan lagi dengan janji pengangkatan pemimpin yang baru atas bangsa-Nya, sebagai wujud ketidakpercayaan Allah pada pemimpin-pemimpin Israel sebelumnya. Allah menjanjikan pemimpin dengan karakter dan cara memimpin yang dinilai Allah; layak untuk memimpin dan mampu memimpin sesuai dengan cara yang diinginkan Allah dan Allah yakin bahwa pemimpin yang Ia pilih akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran serta kenyamanan dan keamanan bagi Israel; dan bukan hanya itu; persatuan seluruh bangsa dan kesatuannya juga dijamin oleh Allah dibawah kepemimpinan orang yang dipilih-Nya. Jika kita tengok sejenak dan merenung sejenak; kira-kira pemimpin yang bagaimana yang Allah kehendaki dan persyaratan apa yang harus dipenuhi agar menjadi pemimpin atas bangsa Israel; bangsa pilihan Allah?

Dalam sejarah kepemimpinan atas bangsa Israel, dalam beberapa ayat alkitab yang mencatat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin atas bangsa Israel. Dari keseluruhan ayat, tercatat dari seluruh persyaratan, orang yang cakap adalah persyaratan yang pertama yang selalu diminta. Kecakapan calon pemimpin umat-Nya selalu menjadi prioritas utama dan kecakapan ini dinilai langsung oleh Allah. Kinerja mereka dinilai langsung oleh Allah sebagai hakim utama bagi mereka.

TUHAN bertindak sebagai hakim atas tua-tua dan pemimpin-pemimpin umat-Nya…” (Yesaya 3 : 14a).

Pemimpin-pemimpin Israel yang dinilai Allah tidak sanggup melaksanakan tugasnya langsung digantikan dengan atau tanpa persetujuan dari orang tersebut. Kita dapat saksikan itu melalui pengangkatan Daud sebagai pemimpin atas kaum Israel. Daud dinobatkan Allah sebagai pemimpin Israel ketika Saul masih memegang tampuk pimpinan resmi atas Israel sebagai Raja. Allah memandang Saul tidak menjalankan perintah yang diberikan kepada-Nya sehingga Allah memilih calon raja yang baru bagi umat-Nya dengan mengutus Samuel kepada Isai untuk mengurapi Daud sebagai raja Israel.

Ini merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Allah benar-benar menginginkan pemimpin yang mampu memimpin bangsa pilihan-Nya seturut dengan segala ketetapan-ketetapan-Nya. Terbukti penilaian Allah tidak meleset karna Daud sanggup membawa Israel kepada masa kejayaannya dan menjadikan Israel sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai kedaulatan di masanya. Selain kecaman dan ancaman; pada bacaan kita hari ini, Allah juga menjanjikan seorang pemimpin bagi Israel.

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri” (ayat 5)

Allah menjanjikan seorang pemimpin yang tidak tanggung-tanggung memiliki 3 (tiga) criteria pokok yang diinginkan Allah; yaitu bijaksana, mampu melakukan keadilan dan mengerjakan kebenaran. Pemimpin yang Allah janjikan diyakini sanggup membawa Israel kepada kejayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mampu memberikan kedamaian dan membawa Israel kepada jalan yang dikehendaki Allah.

Sebagai lanjutan, Allah menjanjikan pemimpin yang mampu membebaskan Yehuda, memberikan ketentraman bagi Israel dan mengumpulkan kembali umat Allah yang tercerai berai dan terserak ke seluruh penjuru bumi dan menjadikan Tanah Israel sebagai tanah kediaman dan rumah bagi mereka pada masa kepemimpinannya.
Allah menginginkan pemimpin yang brilian untuk menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Untuk itu Allah menyeleksi pemimpin sesuai dengan criteria yang Ia nilai sanggup memberikan jaminan bahwa tugas yang diberikan kepada pemimpin pilihan-Nya sanggup diselesaikannya dengan baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Kepercayaan yang diberikan Allah kepada pemimpin umat-Nya yang dipilih sendiri oleh-Nya sangatlah besar dan sangat disayangkan jika disia-siakan oleh orang yang terpilih.

Allah memberikan kepada kita hidup untuk kita jalani dengan aturan-aturan yang sudah Allah tetapkan melalui hukum-hukum-Nya dalam firman-Nya. Hendaklah kita menjalankan tugas kita untuk memuliakan nama-Nya ditengah-tengah saudara-saudari, keluarga dan sesama kita sesuai dengan apa yang Allah inginkan dan seturut dengan firman-Nya. Kitapun harus mematuhi segala ketentuan yang diberikan Allah sebagai pemimpin kita sebagai bagian dari ketaatan kita kepada firman-Nya.

Dalam menjalankan tugas yang diberikan Allah, tentu sekali akan ada banyak tantangan yang sanggup membawa kita keluar dari ketetapan Allah. Namun tantangan-tantangan tersebut hendaknya jangan sampai membawa kita menjauh dari hadapan Allah yang akan menghasilkan matinya rohani kita, tetapi hendaklah segala tantangan yang menghadang, kita jadikan sebagai motivasi agar kita belajar untuk menjadi peka terhadap suara Tuhan yang selalu berbicara kepada kita melalui firman-Nya; dan biarlah seluruh kehidupan kita dan keluarga kita masing-masing dapat memancarkan kasih bagi orang lain dan menjadi acuan yang dapat dipakai oleh sesama untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Semoga Allah sang Pemimpin kita selalu menuntun dan menyertai kita dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan kita di minggu yang baru ini agar segala sesuatu yang ada dalam perencanaan kita dapat terlaksana dengan lancar dan boleh menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.

Reference: Renungan Gereja Ebenhaezer - Boas